2020/07/30

chameleon

Aku ga kebayang kalau misal aku jadi psikolog. Karena tiap kali orang cerita, it feels like I'm drowning to their story. Sedihnya mereka sedihnya aku juga. Terutama ketika aku belum selesai dengan diriku sendiri. Apalagi kalau misal temenku cerita dia menyakiti tubuhnya sendiri, atau melakukan percobaan bunuh diri. Ya, dikit banyak itu pasti mempengaruhi aku. Kayak aku pasti mikir, dia yang sekuat itu pengen ngelakuin itu, aku yang selemah ini gimana. Jadi, ngelawan pikiran-pikiran itu sendirian susah banget. Aku tidak menyalahkan temanku cerita, aku lega dia cerita malah.

It just that I wish I could be stronger for myself, then for them.




PS: Mungkin ini juga yang dirasain temen-temenku ketika aku sering banget cerita ke mereka hal-hal yang aku buat sedih, tapi mereka juga lagi ada banyak salah, dan mereka harus pura-pura kuat. 

Ketika temenku cerita kayak gitu, terpaksa aku harus pura-pura kuat, karena aku ga akan pernah jadi tipe teman yang, "Ih sama aku juga", lalu cerita diriku sendiri padahal dia yang lagi butuh cerita, atau tipe teman yang, "Ih mending kamu lah, kalau aku–" bla bla bla. Atau cuman sekedar, "Sabar, bersyukur aja". Karena di satu sisi kalau aku cerita aku juga gamau digituin. Kalau kamu berfikir masalah temenmu selesai ketika kamu bilangin sabar dan bersyukur, ga ada namanya psikolog atau psikiater di dunia ini, karena semua orang auto waras ketika dibilangain "Sabar dan bersyukur".

Seenggaknya ketika temenku cerita, banyak pelajaran hidup yang bisa aku pelajari. Aku juga belajar bahwa kita sama sekali ngga bisa membandingkan hidup kita dengan orang lain. Sebagai manuasia, kita juga makhluk sosial yang butuh orang lain juga. So, if you need help, it is okay to seek for it. Walau kadang aku pendem sendiri, dan aku mikir kenapa aku such a lonely wolf.

Ketika temenku cerita, aku heran kenapa dia bisa sesedih itu. Tapi mungkin yang dia liat dari aku juga sama, karena kadang akupun bisa sesedih itu. Kenapa bisa sesedih itu? Kalian sering punya pertanyaan yang muncul di kepala tapi ngga tahu jawabannya? It happens over and over and over again, dan aku jawab-jawab sendiri. Aku rasa rasa sedih yang sesedih ini musiman kok. Aku rasa aku kayak gini karena aku lagi punya the quarter life crisis, yang pengen buat aku balik ke umur dua puluhan, yang hidup cuman kuliah dan seneng-seneng aja. Aku juga gini karena aku idealis, perfeksionis. Gila. Kepalaku kadang sumpek dengan pikiran-pikiranku sendiri.

Dan hal ini semua harus aku gapapa-gapapa-in, karena aku memang udah tercipta kayak gini. Ada karakter-karakter aku yang gabisa aku ubah, tapi aku harus belajar buat mengontrol itu.

Banyak hal sih di kehidupan kita yang harus di gapapa in, tapi kalau menurutku kita ga bisa sekedar gapapa aja. Ini aku ya, karena aku idealis tadi. Aku bukan tipe orang yang gampang pasrah juga. Kalau ada hal yang aku harus gapapa in, tetep aku harus ngelakuin sesuatu juga. Paham ngga sih dengan konsep ini?

No comments:

Post a Comment

What do you think?

oncontextmenu='return false;' onkeydown='return false;' onmousedown='return false;' ondragstart='return false' onselectstart='return false' style='-moz-user-select: none; cursor: default;'>